Kebun Teh Kayu Aro Tertua Dan Terluas Di Dunia
kerinciilok.com - Minggu, 30 Maret 2014
![]() |
Perkebunan Teh Kayu Aro - Kerinci, Jambi |
Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi ini memiliki 11 Kecamatan dengan
pusat pemerintahan di Sungai Penuh ini memiliki luas 4.200 km2. Di mana
berada di daerah dataran tinggi yang indah, tepatnya di Kecamatan Kayu
Aro. Kawasan ini kaya sekali akan panorama yang sangat menakjubkan,di
sini juga terdapat Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS).
Tak hanya menjadi gerbang untuk pendaki, salah satu daya tariknya yang terkenal sejak jaman dahulu adalah Kebun Teh Kayu Aro.
Perkebunan Teh Kayoe Aro dirintis antara tahun 1925 hingga 1928 oleh
perusahaan Belanda, Namblodse Venotschaaf Handle Vereniging Amsterdam
(NV HVA). Selain dikenal sebagai perkebunan teh tertua di Indonesia,
perkebunan seluas 3.020 hektar merupakan perkebunan teh dalam satu
hamparan terluas di dunia.
Selain itu, dengan ketinggian 1.400-1.600 meter dpl Kebun Teh Kayu
Aro merupakan perkebunan teh tertinggi ke dua di dunia setelah
perkebunan teh Darjeling di kaki Gunung Himalaya (4.000 m dpl).
Pengawasan kualitas yang tinggi, mulai dari perawatan dan
pemeliharaan tanaman, pemetikan pucuk teh, pengolahan di pabrik, hingga
pengemasan hingga pengiriman, teh produksi PT Perkebunan Nusantara VI
(PTPN VI) ini menyandang nama harum sebagai teh dengan kualitas terbaik
di dunia.
Aromanya yang khas serta kualitas prima, sebagian besar teh produksi
PTPN VI ini diekspor ke manca negara, salah satunya Negara Belanda.
Menurut sejarah, sejak turun menurun Ratu Belanda (Ratu Beatrix) sangat
menyukai Teh Kayu Aro ini.
Pada tahun 1998 perkebunan dan pengolahan teh Kayu Aro telah
dikembangkan sebagai tujuan wisata yang banyak dikunjungi wisatawan
domestik dan mancanegara yang merupakan satu kawasan dari jajaran TNKS.
Dibangun di Zaman Kolonial Belanda
Mungkin tidak banyak orang kenal teh Kayu Aro yang ditanam di dataran
tinggi lereng Gunung Kerinci, Jambi. Padahal, Kayu Aro merupakan teh
terbaik Indonesia. Bahkan, di zaman kolonial, teh Kayu Aro menjadi
minuman Ratu Inggris dan Ratu Belanda.
Dari Kayu Aro, minuman yang dihasilkan adalah teh ortodox atau teh
hitam. Dulu, teh hitam ini berasal dari teh Assam, India. Kelebihan teh
hitam ortodox ada pada rasa dan aroma. Keduanya begitu khas. Bahkan,
keunggulan ini membuat produsen teh kemasan menjadikan teh Kayu Aro
untuk bahan campuran utama untuk memperoleh cita rasa yang diinginkan.
Luas perkebunan teh Kayu Aro di lereng Gunung Kerinci mencapai 3.020
hektare. Itu merupakan salah satu hamparan perkebunan teh terluas di
dunia. Kebun ini terletak di ketinggian 1.400 meter di atas permukaan
laut (mdpl), hingga 1.600 mdpl. Kebun ini salah satu perkebunan teh tua
di Indonesia, yang dibangun pada zaman kolonial Belanda.
Awalnya kawasan ini hanya hutan biasa. Perusahaan Belanda Namlodee
Venotchaat Handle Verininging Amsterdam kemudian menyulapnya menjadi
perkebunan teh pada 1925 hingga 1928. Pembukaan hutan Kerinci sebagai
kebun penanaman teh dilakukan dengan mempekerjakan ratusan kuli kontrak
asal Jawa. Proses penanaman teh dimulai pada 1929, sedangkan pabrik teh
berdiri tahun 1932.
Dari tangan kolonial, pengelolaan perkebunan teh Kayu Aro beralih ke
PT Perkebunan Nusantara VI. Hingga kini kebun teh serta pabrik tua
peninggalan Belanda masih beroperasi.
Untuk menikmati hamparan kebun teh, masyarakat umum dapat langsung
datang dan berwisata. Sedangkan bagi pengunjung yang berniat melihat
proses pengolahan teh di pabrik Kayu Aro, mereka membutuhkan izin khusus
dari perusahaan Nusantara. Soalnya, demi menjaga agar aroma teh tidak
tercemar, tidak sembarang orang diizinkan masuk pabrik. Pekerja pabrik
juga dilarang menggunakan kosmetik.
Di pabrik, daun segar yang baru dipetik akan melewati proses pelayuan
di dalam bak-bak, yang di bawahnya dialiri udara panas. Setelah layu,
dengan lori gantung, daun-daun itu diangkut ke tempat penggilingan. Lalu
digiling dengan mesin.
Proses selanjutnya adalah fermentasi. Hasil gilingan diangin-anginkan
di ruangan yang bersuhu dingin. Terakhir dikeringkan, istilahnya masuk
ke penggorengan. Dengan mesin, bubuk teh akan dipisah berdasarkan mutu.
Rata-rata setiap tahun kebun teh ini memproduksi 5.500 ton teh hitam.
Sebagian diekspor ke Eropa, Rusia, Timur Tengah, Amerika Serikat, Asia
Tengah, Pakistan, dan Asia Tenggara.
Tahap akhir dari proses ini adalah uji teh di ruang pengujian, yang
dilakukan setiap hari. Tes itu dimulai dari dari pengujian penampakan
partikel, uji rasa, aroma, warna air seduhan dan penampakan ampas
seduhan. Menurut petugas tes teh, Jumiati, pengujian dilakukan sejak teh
kering dari penggorengan. Tujuannya untuk mendeteksi jika ada perubahan
mutu. Teh diuji sekali lagi sebelum dikemas.
Jumiati yang sudah belasan tahun menjadi tester teh, mengambil teko
dan cangkir teh dan menyiramnya dengan air panas. Beberapa sendok teh
grade satu, teh paling unggul, dimasukkan ke dalam teko. Butirannya
tidak terlalu halus dan berwarna hitam. Lalu daun teh itu disiram air
mendidih, ditutup selama tiga menit.
Setelah itu, Jumiati menuangkan cairan teh kemerahan ke cangkir
porselin putih. Untuk pengujian, ia mencium aroma teh yang mengepul, dan
mencecap airnya. Bila ada aroma yang aneh dan tidak sesuai standar, teh
yang sudah jadi itu tidak jadi dijual. Mereka akan mencari penyebab
keanehan.
Dari ruangan pengujian ini, terungkap rahasia cara menyeduh teh yang
benar. "Jangan kelamaan menyeduhnya, nanti pahit, dan harus selalu
dengan air mendidih," kata Jumiati.
Secangkir teh Kayu Aro yang berwarna kemerahan itu rasanya
benar-benar beda dengan teh lain. Aroma dari uap air teh yang mengepul
pun amat khas. Sayangnya, susah sekali mendapatkan teh kualitas grade
satu di sini, sebab hanya dijual ke luar negeri.
Sumber : harianjambi.com